Tuesday, October 18, 2011

Kenapa Mutahhari

Oleh: Jalaluddin Rakhmat
Rasulullah SAW pernah ditanya, mana yang harus didahulukan: mengantar jenazah atau menghadiri majlis ilmu. Beliau menjawab: “Jika jenazah itu sudah ada yang mengurusnya, dahulukanlah majlis ilmu.” Kemudian beliau menyebutkan banyak keutamaan ilmu. Pada akhirnya beliau berkata: “Kebahagiaan dunia hanya dapat dicapai dengan ilmu. Kebahagiaan akhirat juga hanya dapat diperoleh dengan ilmu.”
Walaupun nabi SAW menggunakan dua kalimat, beliau menyebutkan kata “ilmu” dalam bentuk tunggal (mufrad). Ini bererti ilmu untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan ilmu untuk mendapat kebahagiaan akhirat sebenarnya satu. Kenyataannya, tarikh pendidikan Islam telah memisahkan keduanya. Telah lahir dua macam ilmuwan. Di antara keduanya terdapat jurang pemisah yang dalam.
Akhir-akhir ini, bersamaan dengan bangkitnya kesadaran Islam, kita melihat ada usaha untuk menutup jurang ini. Ilmuwan “dunia” mulai berbicara tentang masalah Islam dan kaum Muslim. Ilmuwan “akhirat” juga mulai menyedari pentingnya pengetahuan mutakhir. Kita melihat pedefinisian semula istilah. Ulama bukan hanya bererti mereka yang mengetahui ilmu-ilmu Islam tradisional, seperti ‘Ulum Al-Qur’an, “Ulum Al-Hadits, Fiqih, dan sebagainya. Ulama juga termasuk fizikawan, biolog, psikolog, ilmuwan sosial, dan lain-lain. Dengan cara yang sama, cendekiawan pun mengalami perluasan makna.
Tentu saja, pertemuan kedua ilmuwan dalam istilah tidaklah memadai. Kita memerlukan institusi yang mempertemukan mereka dalam dunia nyata. Institusi ini harus memberikan ilmu-ilmu Islam tradisional kepada ilmuwan “dunia” dan ilmu-ilmu dunia kepada ilmuwan “akhirat”.
Inilah raison d’etre Yayasan Muthahhari. Kegiatannya kami namakan pencerahan pemikiran Islam. Lalu, mengapa kami memilih nama Muthahhari? Muthahhari ertinya yang disucikan. Mengapa tidak diambil kata munawwar yang bererti orang yang dicerahi?
Muthahhari bukan hanya sekadar istilah. Muthahhari adalah sebuah model. Dia keluaran sistem pendidikan Islam tradisional. Dia diasuh dan dibesarkan dalam hauzah yang sama sekali tidak moden. Dia ulama menurut istilah yang pengertiannya belum diperluas. Kemudian, dengan tekun, dia memperluas pengetahuannya dengan informasi muthakhir. Dia mempunyai kepakaran dalam pemikiran Islam tradisional, tetapi juga akrab dengan pemikiran Barat moden. Dia bukan hanya mengetahui Mulla Shadra. Dia mengerti Monsieur Sartre. Setelah mengajar di hauzah, dia menjadi ahli akademik di Universiti.
Di samping itu, kami melihat Muthahhari juga merupakan model untuk keterbukaan. Dia menghargai bukan hanya mazhab-mazhab pemikiran dalam Islam. Dia bersedia melakukan dialog dan kalau perlu menerima kebenaran bahkan dari mazhab-mazhab pemikiran bukan-Islam. Secara berkelakar, atau boleh jadi serius, Muthahhari berkata: “Mungkin Descartes pun masuk syurga!”
Muthahhari bukan sekadar pemikir. Dia juga aktivis. Dia menggambarkan intelektual dalam pengertian sebenarnya. Dia mengabaikan hidupnya untuk mewujudkan ide-idenya dalam realitas. Dia “man of analysis” dan sekaligus “man of action.” Ketika dia mati dibunuh lawan politiknya, dia telah menggabungkan tinta ulama dengan darah syuhada.
Dari Muthahhari, kami belajar tiga hal: pertemuan ilmu-ilmu Islam tradisional dengan ilmu-ilmu moden, keterbukaan, serta gabungan antara intelektualisme dan aktivisme. Inilah yang mendasari semua kegiatan Yayasan Muthahhari. Ini juga misi yang kami kembangkan.
Yang dimaksud dengan kami adalah orang-orang, kebanyakan anak-anak muda, yang tertarik dengan misi Yayasan Muthahhari. Kami adalah orang-orang kecil yang talk big. Kami mempunyai cita-cita besar, tapi kemampuan kecil. Hanya dengan inayah Allah dan bantuan kaum mukmin yang mukhlis, kami melangkah. Langkah-langkah kecil tapi ke muka.
Syukur kami yang tidak terhingga untuk Dia, dan terimakasih kami yang tulus untuk kaum mukmin. Kami merasa, seakan-akan ayat berikut ini dialamatkan kepada setiap orang di antara kami:
Dan jika mereka hendak memperdayakanmu, cukuplah Allah bagi kamu. Dialah yang memperkuat kamu dengan pertolongan-Nya dan dengan (bantuan) orang-orang yang beriman. (Al-Anfal:62).


No comments:

Post a Comment